BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Aspek kognitif anak SD merupakan salah satu aspek
psikologis yang sangat perlu dipahami dan dihayati oleh seorang pendidik.
Pemahaman dan penghayatan ini dipandang penting sebab hakikatnya pembelajaran
yang diselenggarakan pendidik harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan
kognitif anak. Bahkan dalam pandangan Piaget (1969) pembelajaran yang tidak
sesuai dengan perkembangan kognitif anak memiliki konsekuensi negatif bagi
perkembangan aspek psikologis lainnya. Misalnya, pembelajaran yang materinya
jauh diatas jangkauan kemampuan kognitif anak dapat menimbulkan lemahnya
motivasi belajar dan sangat mungkin merusak struktur kognitif mereka.
Perkembangan kognitif berfokus pada keterampilan
berpikir, termasuk belajar, pemecahan masalah, rasional, dan mengingat. Perkembangan keterampilan kognitif
berhubungan
secara langsung dengan perkembangan
keterampilan lainnya,
termasuk komunikasi, motorik, sosial, emosi, dan keterampilan adaptif.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep
perkembangan kognitif pada anak Sekolah Dasar ?
2. Bagaimana
karakteristik perkembagan kognitif pada anak Sekolah Dasar ?
3. Bagaimana implikasi
praktis dalam menstimulasi kognitif pada anak ?
1.3 Tujuan
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif memberikan batasan kembali tentang
kecerdasan, pengetahuan dan hubungan anak didik dengan lingkungannya.
Kecerdasan merupakan proses yang berkesinambungan yang membentuk struktur yang
diperlukan dalam interaksi terus menerus dengan lingkungan. Struktur yang
dibentuk oleh kecerdasan, pengetahuan sangat subjektif waktu masih bayi dan
masa kanak – kanak awal dan menjadi objektif dalam masa dewasa awal.
2.2 Dinamika Perkembangan Kognitif Anak SD
Menurut Piaget, dinamika perkembangan kognitif individu
mengikuti dua proses, yaitu proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah
proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep, atau
pengalaman baru ke dalam struktur kognitif yang sudah ada dalam pikirannya.
Struktur kognitif yang dimaksud adalah segala pengalaman individu yang
membentuk pola-pola kognitif tertentu. Jadi struktur kognitif seungguhnya
merupakan kumpulan dari pengalaman dalam kognisi individu.
Sedangkan menurut
Piaget, proses asimilasi dan akomodasi terus berlangsung pada diri seseorang.
Dalam perkembangan kognitif, diperlukan keseimbangan antara kedua proses ini.
Keseimbangan itu disebut ekuilibrium yakni pengaturan diri secara mekanis yang
perlu untuk mengatur keseimbangan proses asimilasi dan akomodasi.
Pentingnya asimilasi
dan akomodasi pada diri individu adalah agar individu mampu beradaptasi dengan
lingkungan dimana ia berada. Dalam beradaptasi dengan lingkungan, ada kalanya
individu cukup mengitegrasikan realitas luar dengan struktur kognitifnya yang
sudah ada, tetapi ada kalanya ia mesti mengubah struktur kognitif yang sudah
ada atau bahkan membuat struktur kognitif baru.
2.3 Karakteristik Perkembangan Kognitif Anak SD
Jean Piageat, ilmuan prancis ini melakukan penelitian
tentang perkembangan kognitif individu sejak tahun 1920 sampai dengan 1964.
Berdasarkan hasil penelitiannya, piageat membagi proses perkembangan
fungsi-fungsi dan prilaku kognitif ke dalam empat tahapan utama yang secara
kualitatif setiap tahapan menunjukan karakteristik yang berbeda-beda. Tahapan
perkembangan kognitif itu adalah periode sensori motorik, periode pra
operasional, periode operasional konkret, dan periode rasional formal.
1. Karakteristik
kognitif periode pra operasional anak sd
Sebagian anak sd mungkin masih berada pada tahap pra
operasional dengan proses berfikir intuitif (4;0-7;0) sebab masih banyak orang
tua yang menyekolahkan anaknya ke sd pada usia 5, 6 atau 7 tahun. Bahkan
mungkin saja masih ada anak sd dengan pemikiran transduktif seperti pada masa
pra konseptual. Misalnya, suatu saat anak melihat tamu yang datang kerumahnya
dan ia memberi oleh-oleh kepada anak tersebut. Bagi anak yang masih berfikir
transduktif, ia akan menyimpulkan bahwa tamu adalah orang yang suka membawa
oleh-oleh. Meski pada umumnya berfikir transduktif seperti itu sudah hampir
tidak terjadi pada setiap anak sd, berfikir intuiktif adalah hal yang sangat
mungkin terjadi terutama pada kelas-kelas awal. Pada anak sd, hal ini ditandai
oleh dominasi pengamatan yang bersifat egosentris, yakni berfikir yang belum
memahami cara orang lain memandang objek yang sama, sehingga seperti searah
(selancar). Perilaku yang tampak antara lain :
a. self-centered dalam
memandang dunianya
b. dapat
mengklasifikasi objek-objek atas dasar satu ciri yang sama, mungkin pula
memiliki perbedaan dalam hal yang lainnya.
c. dapat melakukan
koleksi benda-benda berdasarkan satu ciri atau kriteria tertentu
d. dapat menyusun
benda-benda, tetapi belum dapat menarik inferensi dari dua benda yang tidak
bersentuhan meskipun terdapat dalam susunan yang sama.
2 karakteristik
kognitif periode operasional konkret pada anak SD
Umumnya anak usia sd berada pada periode operasional
konkret. Periode ini dicirikan pemikiran yang refelsibel, mulai mengkonserpasi
pemikiran tertentu, adaptasi gambaran yang menyeluruh, melihat suatu objek dari
berbagai suatu pandang, mampu melakukan seriasi, dan berfikir kausalitas.
a. Operasi berfikir revesibel
anak usia SD
pada anak usia sd sudah
mulai berkembang kemampuan berfikir logis, yakni berfikir yang menggunakan
operasi-operasi logis tertentu. Operasi yang mereka gunakan bersifat refeslibel artinya dapat dipahami dalam
dua arah. Cara berfikir ini sangat tampak dalam logika matematika sepertipada
penjumlahan, pengurangan, dan persamaan. Misalnya, bila A+B=C maka A=C-B atau
B=C-A. Anak usia sd (7-12 tahun) sudah mampu memahami logika matematika seperti
ini dan logika ini selalu menganut unsur kekekalan (konservasi). Oleh sebab
itu, menurut piaget ciri utama periode oprasional konkret adalah transportasi revesibel dan sistem kekekalan.
Dengan berfikir
revesibel, anak mampu berfikir logis yang dapat digunakan dalam memecahkan
masalah yang di hadapinya. Tetapi pemikiran logis itu masih terlihat apa-apa
yang kelihatannya nyata. Artinya, dalam mengoprasikan logika berfikirnya masih
perlu dibantu oleh benda benda nyata atau dibawa keprilaku nyata. Misalnya,
jika guru sd kelas I ingin mengajarkan penjumlahan 2+4=6, maka guru sebaiknya
menunjukan suatu benda (seperti potongan lidi) dua dan empat buah lalu
digabungkan dan dihitung satu persatu. Yang perlu diperhatikan dalam
pembelajaran penjumlahan seperti ini adalah jangan sampai menjumlahkan dua hal
yang berbeda. Misalnya, 2+4=6 tetpi guru memperlihatkan dua potong sapu lidi
dan empat pensil. Meski pembelajaran penjumlahan ini menggunakan benda konkret,
pembelajaran ini keliru sebab potongn lidi dan pensil merupakan dua hal
berbeda. Kedua benda tersebut tidak dapat di jumlahkan.
b. Sistem kekekalan (konservasi)
pemikiran pada anak usia SD
Hasil penelitian piaget
menunjukan bahwa ada 6 perkembangan kekekalan pada anak periode operasional
konkret. Pertama, kekekalan bilangan yang muncul pada usia 5-6 tahun. Kedua,
kekekalan subtensi yang muncul pada usia sekitar 7-8 tahun. Ketiga, kekekalan
panjang yang berkembang sekitar usia 7-8 tahun. Keempat, kekekalan luas yang
umumnya berkembang bersamaan dengan berkembangnya kekekalan panjang. Kelima,
kekekalan berat yang umumnya berkembang pada usia 9-10 tahun. Keenam, kekekalan
volume yang umumnya berkembang pada usia 11/12 tahun.
3 Ciri-ciri
perkembangan kognitif lainnya pada anak usia SD
Ciri perkembangan
kognitif lainnya pada anak usia sd adalah kemampuan :
a. Adaptasi dengan
gambaran yang menyeluruh
b. Memandang sesuatu
dari berbagai macam segi
c. Seriasi
d. Klasifikasi
e. Kausalitas
4. Karakteristik
kognitif periode operasional formal pada anak usia SD
a. Mampu menoprasikan
kaidah logika matematika berupa tambah, kurang, kali, bagi, serta kombinasi
dari keempat logika matematika tersebut.
b. Memprediksi sesuatu
berdasarkan fakta dan data yang ada.
c. Mengkritisi sesuatu
meskipun dalam bentuk sederhana.
d. berfikir analitik
dan sintetik
D. Implikasi praktis
dalam melakukan stimuasi perkembangan kognitif pada anak SD
Implikasi dari teori
piaget adalah bahwa dalam proses pembelajaran pendidik harus memperhatikan
tahapan perkembangan kognitif peserta didik. Materi dirancang sesuai dengan
tahapan perkembangan kognitif itu dan harus merangsang kemampuan berfikir
mereka. Tahap kemampuan berfikir sensorik mengimplikasikan bahwa bagi proses
belajar harus mencapai kerangka dasar kemampuan bahasa, hubungan tentang objek,
kontrol skema, kerangka berfikir, pembentukan pengertian dan pengenalan
hubungan sebab akibat.
Berikut ini merupakan
beberapa implikasi praktis teori perkembangan kognitif untuk pembelajaran :
1. Pembelajaran tidak
harus berpusat pada guru atau tenaga kependidikan, tetapi berpusat pada peserta
didik.
2. Materi yang
dipelajari harus menantang dan menarik minat belajar peserta didik.
3. Pendidik harus
terlibat bersama-sama peserta didik dalam proses pembelajaran.
4. Sekuensi (urutan)
bahan pembelajaran dan metode pembelajaran harus menjadi perhatian utama. Anak
akan sulit memahami bahan pembelajaran jika sekuensi bahan pembelajaran itu
loncat-loncat.
5. Pendidik harus
memperhatikan tahapan perkembangan kognitif peserta didik dalam melakukan
stimulasi pembelajaran.
6. pada SD kelas awal
pembelajaran seyogyanya dibantu benda konkret.
BAB
III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Jadi
intinya perkembangan kognitif anak sekolah dasar harus disesuaikan dengan
kemampuan belajar dan menerima pembelajaran dari setiap pendidik. Pendidik pun
harus dapat menyesuaikan sampai dimana kemampuan otak para peserta didik dapat
menerima pembelajaran, jadi jangan sampai materi yang jauh di atas kemampuan
mereka membuat motivasi belajar dan merusak struktur kognitif mereka.
Soal
Soal Pilihan Ganda !
1. Karakteristik perkembangan anak pada kelas satu,
dua dan tiga SD biasanya pertumbuhan fisiknya telah mencapai kematangan. Mereka
telah mampu mengontrol ……….
A. Emosi dan Mentalnya
B. Tubuh dan Keseimbangannya
C. Keseimbangan dan Sikapnya
D. Mental dan Keseimbangannya
2. Pada
anak usia sd, anak mulai menunjukan prilaku belajar seperti ……….
A. Mulai berfikir secara operasional
B. Mulai
berfikir kritis
C. Tidak
memandang dunia secara objektif
D. Mulai
berfikir professional
3. Tahapan
perkembangan berfikir anak usia sd cenderung memiliki tiga ciri yaitu ……….
A. Aktif,
inovatif dan kritis
B. Kritis,
konkrit dan aktif
C. Integratif,
konkrit dan inovatif
D. Konkrit, integratif dan hierarkis
4. Pembelajaran
pada hakekatnya yaitu ……….
A. Suatu
proses interaksi antara anak dengan orang tua
B. Suatu
proses interaksi antara anak dengan masyarakat
C. Suatu proses interaksi antara anak dengan pendidik
D. Suatu
proses interaksi antara anak dengan lingkungan
5. Pada
umumnya tahap operasional konkret terhadap anak pada usia ……….
A. 4
sampai 7 tahun
B. 5
sampai 8 tahun
C. 6
sampai 11 tahun
D. 7 sampai 12 tahun
6.
Tahap perkembangan kognitif pada anak awalnya dimulai dengan tahap ……….
A. Tahap sensorimotorik
B. Tahap operasional konkret
C. Tahap
pra-operasional
D. Tahap
formal
7. Perkembangan
motorik adalah ……….
A. Proses
terjadinya pembelajaran pada anak
B. Proses
pembelajaran anak dengan anak
C. Proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak
D.
Proses tumbuh dan pemikiran seorang anak
8.
Factor yang mempengaruhi motorik anak adalah ……….
A. Kebiasaan hidup, lingkungan dan olahraga
B.
Lingkungan, pemikiran dan rasa percaya diri
C.
Kebiasaan hidup, nutrisi dan pemikiran
D.
Pola hidup, tingkah laku dan nutrisi
9.
Pada teori perkembangan kognitif Piaget terjadi dua proses adaptasi
yaitu proses ……….
A.
Asimilasi dan Konsolidasi
B. Asimilasi dan Akomodasi
C.
Akomodasi dan konsolidasi
D.
Adaptasi dan Konsolidasi
10. Dalam masa ini, anak telah mengembangkan tiga
proses operasi yang disebut ……….
A.
Nagasi, Konsolidasi dan Akumulasi
B.
Nagasi, Hubungan Timbal-balik dan Konkrit
C.
Nagasi, Konsolidasi dan Timbal-balik
D. Nagasi, Hubungan Timbal-balik dan Identitas
Daftar
Pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_perkembangan_kognitif
Tidak ada komentar:
Posting Komentar